Kamis, 18 Februari 2016

FARA ADIKKU

Aku terbangun dari tidurku mencari cari handphone(HP) ku yang sebelumnya aku taruh dengan asal diatas ranjang tadi. Aku tak menemukannya, aku melirik jam dinding diatas meja belajarku yang dulu, tanpa aku beranjak dari ranjang tetap dalam posisi tubuh tengkurap, menunjukan pukul 05.00 pm. Aku tidur lumayan lama batinku dalam hati. Aku menggeliat malas, tanpa sengaja kakiku menendang sesuatu. Terasa empuk di kakiku.
“aduh”
Ada seseorang mengaduh di kamarku. Aku setengah kaget dan aku menoleh kearah sumber suara, ternyata Fara adikku satu satunya. Duduk di ranjang bagian kakiku, dan aku menendang perutnya tadi.
“sory sory. Gak sengaja,” kataku.
Fara tak membalas perkataanku, matanya tertuju ke suatu benda empat persegi panjang tipis berukuran diagonal 5,5 inchi, yang dibawanya. Dia melihat dengan serius sekali. Baru aku sadar dia yang membawa HP ku tadi.
“aish. Kemarikan HP ku “. Kataku pura pura merajuk.
“pinjam sebentar “. Katanya memelas.
“aish. Tidak boleh fara meminjam HP orang tanpa sepengetahuan pemiliknya, privasi tau” kataku lagi.
“nyoh.” katanya sembari menyodorkan HP aku.
“kamu nggak buka sms atau chat room ku kan”. Kataku memastikan.
“ nggak lah”. Katanya setengah bergumam.
Fara terpaut enam tahun denganku , Fara yang kini bersekolah kelas X SMA, dia cantik, bukan bermaksud memuji saudariku hanya saja aku fikir dia mirip ‘’Jannina weigel’’ artis youtube asal tailand saat Fara lepas jilbabnya jika kau tau orang yang ku maksud. Namaku andre dan saat ini bekerja sebagai karyawan tukang copy paste data di salah satu perusahaan asing. Dan juga aku seorang pria dengan wajah yang sangat ganteng. Kalimat yang barusan adalah majas hiperbola, lupakan.  Jika akhir pekan tiba seperti sekaranag aku sering menghabiskan waktu dirumah, aku jarang hang out, bersama teman teman aku lebih memilih beristirahat di rumah saja hanya saja ada saatnya aku keluar juga bersama teman teman jika akhir pekan jika ingin. Tentu saja Fara selalu menemaniku di rumah selain ayah dan ibuku. Tak heran jika aku dan Fara sangat dekat. Fara adalah anak yang penurut, pemalu, sedikit bicara, tidak banyak menuntut  dan patuh kepada ayah dan ibu. Sebenarnya aku gak masalah tadi dia meminjam HP tanpa sepengetahuan aku, hanya saja aku ingin menggodannya, toh dia juga bisa membuka kunci pola layar HP ku tanpa aku kasih tahu pun kodenya. Aku juga heran kenapa dia bisa melakukan itu lain kali aku akan tanyakan ke dia bagaimana dia bisa melakukannya. Aku yakin dia meminjam hanya untuk mendownload novel novel ebook kesukaanya, berubung buku buku novel yang telah ia beli dengan menyisihkan uang jajannya telah habis terbaca semua . Karena HP dia hanya HP bermerek nok*a yang mendukung penerangan senter , yang tentu saja tidak mendukung untuk browsing dan download. Fara sangat suka sekali membaca, itu jelas sekali terlihat dari luar penampilannya karena dia memakai kacamata baca diusia muda. Walaupun dalam garis keturunan keluarga kami tidak ada yang memakai kacamata. Sempat dulu aku berfikir ingin sekali aku memakai kacamata baca, dan mempunyai mata minus, aku pikir itu terlihat keren. Namun setelah aku tau dari keluhan Fara ternyata mata minus itu , menyakitkan , sering pusing, bola mata sering terasa perih dan berat, kadang kala juga mengeluarkan air mata, maka sejak saat itu aku berubah fikiran.
Aku mengecek bbm messenger, email, dan sms. Seperti dugaanku kosong tak ada pesan masuk atau pemberitahuan apapun, kadang aku berfikir ini HP atau kuburan kok sepi sekali. Memang saat ini tak ada seseorang yang akan repot repot menanyakan  selamat pagi, selamat malam, selamat bobo cayank, atau udah makan belum, dan blabla.. emang gak seret apa, cuma makan aja gak pernah ditanyain udah minum belum.
Aku menyodorkan lagi HP kepada Fara, memberitahukan kalau download an nya sudah selesai . Dengan girang dia menerimanya.
“kenapa novel ‘ayah’ punya andrea hirata ini tak ada, ya bang ebooknya”,kata Fara.
“memang ada novel nya yang berjudul ‘ayah’’, tanyaku penasaran.
“ada baru rilis belum lama ini”, jelasnya kemudian.
“oh baru louncing mana ada versi ebook nya , gak mungkin ada lah kalau baru keluar  adanya versi cetak biasanya”, jelasku sok tahu.
‘’wah sayang sekali, padahal aku udah lama pengen baca, harganya berapa’’
‘’seratus ribu’’, jawabku sekenanya.
‘’mahalnya’’. Katanya yang  dengan mudah mempercayaiku.
‘’ibu  masak apa tadi, kenapa kamu tidak membantunya’’ tanyaku
‘’opor ayam kesukaan abang, sudah tadi aku bantu sudah hampir selesai sekarang’’ jelasnya.
‘’ fara pijitin aku donk, aku capek banget nih’’ kataku dengan nada memelas.
‘’iya bentar, setelah aku salin file ini ke komputer ‘’ katanya.
Fara adalah adik yang penurut tak pernah dia melawan perkataanku, jika aku menyuruhnya sesuatu apapun dia pasti akan menurutinya, pernah dulu waktu aku membelikannya baju seragam , maksudku membawanya ke tukang jahit seragam yang terkenal bagus di kota kami tinggal, dan fara senang sekali saat diukur badannya agar sesuai dengan seragam yang akan di buat. Setelah itu hampir tiap malam aku menyuruhnya memijit aku dan dia dengan senang hati melakukannya, aku memang agak terdengar abang yang kurang baik seperti memanfaatkan Fara, tapi saat aku tidak menyuruhnya memijit dia malah menawarkan pijitannya kepadaku. Kadang aku memintanya memasakan sesuatu yang aneh aneh tapi tetap saja dia melakukannya.
Fara mulai memijit punggungku, dengan satu tangan sambil tangan lainya memainkan HP . HP aku memang tak bisa diam saat berada dirumah , tentu saja tangan fara selalu takbisa diam dengan jari jarinya yang lentik dan panjang selalu menari nari diatas layar touchscreen itu. Entah apa yang di bukanya atau hanya sekedar main game pilhannya.
''Bang, da chat masuk''
''Dari siapa, buka aja''kataku.
''Janet, bang''
''Apa isinya''?tanyaku lagi.
''Cuman PING!! Doank''
''Halah'',
''Tunggu dia sedang menulis pesan''
Setelah beberapa saat
''Lagi apa katanya, aku balas ya'' kata fara
''huum, balas aja ,lagi melakukan sesuatu yang cewek gak boleh tau'' kataku.
''Apa maksudnya tuh bang'', tanya fara
''Udah ketik ajah''
''Okey''
''Apa jawabanya''
''Belum di balas dibaca doank''
Setelah beberapa saat
''Kampret katanya, trus pakai emot melet'' kata fara
''Tanyain kamu lagi dimana''pintaku
''Okey bang''
''Dibalas''
''Belum''
''Didepan kamarmu''
''Hah'' kataku dan fara hampir bersamaan
''Dan aku masuk'' katanya bertepatan dengan pintu di buka.
''Hay fara'' katanya.
''Hay''
''Boleh aku duduk''
''Sejak kapan kau minta ijin dulu dirumah ini'' kataku
''Hehehe ''katanya
''Ndre anter aku yuk''katanya
''Aku lagi gak pengen kemana mana'' kataku
''Ayolah ke rental film doank''
''Emoh ah lagi males berat, wa lagi capek, kamu gak liat fara lagi mijitin aku'' kataku sok jual mahal.
''Ayolah , ntar aku belikan martabak''
''Okey, negosiasi selesai, ayo berangkat'' kataku sambil langsung bangkit.
''Huhh..matre, '' kata janet
''Kadang kadang hidup matre itu perlu,'' kataku sambil ngakak
''Huhh...'' kata janet
''Tunggu dalam hitungan ke 50 aku akan kembali'' kataku sambil menuju ke kamar mandi.
Janet, sepupuan dengan aku,  dia adalah anak dari kakak ayahku, umurnya 3 tahun di bawahku. Harusnya aku memanggil dia kakak, tapi aku ogah karena aku lebih tua darinya. Janet berperawakan tinggi ramping, rambut lurus panjang, mata belo, hidung bangir agak mencuat ke depan, jujur dia sebenarnya tipe cewek idaman aku, tapi berubung kami sepupuan dia tidak termasuk. Janet sudah seperti anak kandung di kekuarga ini.

Jam 09.00 pm, aku masuk kamarku aku dapati fara tertidur di ranjangku, dia tidur lelap sekali aku tak tega membangunkannya. Dia memang sering tidur di kamarku meski dia punya kamar sendiri. Dia masih memegang HP ku , aku mengambilnya pelan pelan, tanpa berusaha membangunkannya. Aku membuka pola layar HP ku, langsung muncul halaman yang belum sempat fara tutup tadi di aplikasi us browser, yang isinya artikel tentang review novel yang berjudul ''ayah'' milik andrea hirata, aku coba sroll halaman ke bawah ada sinopsisnya juga dsitu.  Aku membuka aplikasi chat, masih sepi kayak kuburan. Aku taruh martabak dari janet tadi di dekat komputer. Aku menggelar kasur lantai dan tidur di samping ranjang fara.
Jam 04.15 am, aku terbangun mendengar alarm meraung raung yang sebenernya aku setting jam 04.00 am, aku masih malas sekali untuk bangun, aku mengumpulkan nyawa sedikit demi sedikit, aku berniat membangunkan fara untuk shalat subuh bersama, aku goyang goyang lengannya, tapi tetap bergeming , aku goyang goyangkan kakinya, tetap diam. Dia malah semakin merapatkan selimutnya. Aku singkap selimut di kakinya coba cek suhu tubuhnya, tunggu kenapa panas sekali, aku cek suhu di lehernya, benar saja fara demam.
''Fara bangun, kamu perlu minum obat'' kataku.
'' aku pusing bang'' katanya yang lebih terdengar seperti orang yang merintih.
''Tunggu biar aku cari paracetamol''
Aku mencari kotak P3K di ruang tengah, aku mengais ngais isi kotak obat tersebut, namun hanya ada obat luar, dan tablet obat diare dan obat mag, kenapa tidak ada paracetamol batinku. Ada proc*ld juga disitu, tunggu bukannya proc*ld juga bisa untuk demam fikirku. Aku coba melihat komposisi obat, Paracetamol 500 mg, Pseudoefedrin HCL 30 mg, Klorfeniramin Maleat 2 mg. Aku rasa ini bisa diminum, Aku meluncur ke kamar yang sebelumnya aku pergi ke dapur mengambil segelas air putih.
Aku membangunkan fara, menyuruhnya minum obat dia bangun dan meminumnya se tablet, lalu kusuruh dia tidur lagi, dan berselimut. Lalu aku bergegas ke kamar mandi untuk berwudlu.
Jam 07.30 am. Aku bangun dari tidur , aku memang biasa tidur lagi setelah shalat subuh, karena hari ini hari minggu aku berfikir akan bangun lebih telat. Aku mengecek suhu tubuh fara, masih saja belum turun, aku beritahu bapak ibu kalau fara lagi sakit, dan mama ibuku terlihat khawatir sekali, terlihat dari exspresinya yang panik dan sifat naluri keibuannya terlihat.
''Kamu kenapa nduk'' tanya ibuku
''Pusing'' jawab fara dengan artikulasi vocal yangkurang jelas.
''Ke klinik yea'' tawar ibuku.
''Gak usah bu'' kata fara
''Bentar lagi juga baikan, tadi udah minum obat'' katanya menambahkan.
''Gak perlu bu, lawong fara sakit malarindu kok, kangen sama pepep, anaknya pak margono itu loh''' kataku mengejek.
Muka fara sempat memerah beberapa saat, dia hanya mengepalkan tangan kearahku seperti cara dia saat memerah santan parutan kelapa, tempo hari.
Aku membuka apkikasi chating di HP ku. Aku bbm janet mengajaknya keluar, aku memang suka kurang pede kalau keluar ke tempat umum seorang diri . Tapi dia lama sekali tak membalas pesanku. Jangankan balas di read aja kagak. Setelah kurang lebih 10 menit aku hampir putus asa. Dia akhirnya membalas juga.
''Kenapa''
''Temenin aku yuk''
''Aku lagi malas kemana mana'' jawabnya.
''Balas dendam nie ceirtanya'' balasku.
''Aku lagi sibuk'' katanya
''Sesibuk apa sih seorang janet'' ? Aku menambahkan emotikon exspresi tak percaya
'' ntar aku ajak ke restouran , kesukaanmu dech''.
''Ok jadi '' balasnya.
''Liatin orang makan'' ketikku lagi
'' suek'' katanya.sambil menambahkan emotikon nangis.
''Makan '' kataku.
''Deal'' balasnya.
''Tapi patungan '' tulisku lagi
''Maksudnya''
'' kamu yang bayarin aku yang jadi patung'' jawabku sambil menambahkan emot terbahak bahak.
''Jadi gak sih mumpung aku belum berubah fikiran''. Katanya agak ngambek.
''Okey. Okey. Aku ke rumahmu. Jangan marah ntar jeleknya nambah''' ejekku.
'' agggggghhhhh''. Balasanya.

Jam 05.00 pm, aku memarkirkan motorku setelah mengantar janet pulang. Aku meluncur ke kamarku . Tapi fara sudah tak ada, mencari ke kamar fara , dan aku menemukannya.
''Fara sudah makan bu''.tanyaku.
''Belum ada sesuap pun dia makan sejak pagi, ndre''.kata ibu.
''Fara makan dulu ea, aku membeli bubur sumsum kesukaanmu tadi''. Kataku.
''Nggak lapar''.katanya.
''Gimana mau sembuh, kalau gak makan, cobain dikit gihh buburnya'', kataku sambil meletakkan nampan tertutp berisi bubur diatas meja.
''Ayo makan dulu, biar sembuh besok masuk sekolah'',kata ibu.
Aku mengangkat bahu fara, membantunya duduk, sambil tangan satuku memegang tangan fara setengah menarik untuk bangkit.
''Aish, bayi besar ini kayak gajah beratnya'', celetukku.
Sontak fara ketawa sambil mencubitku di bagian lengan kiriku.
''Aduh, sakit tau'',
''Nah sekarang makan dulu anak malas'', ejekku
Aku mengambilka nampan tadi ke atas ranjang fara.
''Makan sendiri atau aku perlu memanggil pepep untuk menyuapimu'',
''Bang........, jangan mengejekku terus'', katanya mau nangis.
''Oke oke sakarang makan .hehehe'', kataku
Dengan hati hati fara membuka tutup nampan, karena tubuhnya sangat lemas yang sehaian belum terisi sesuatupun di perutnya.
''Bang....,ini ini ini'', katanya mengulang ulang.
''Bang , kenapa bisa ada novel ini bang, apa ini untuk aku'', katanya dengan nada meninggi
''Kenapa abang bisa tahu kalau aku pingin banget punya novel ini''katanya dengan mata berkaca kaca...
''Sudahlah makan aja dulu buburnya keburu dingin, acara suka cita nya nanti aja di lanjut, aku kan tahu sejak kecil kalau kamu pengen sesuatu belum kesampaian kan pasti sakit, uh dasar cemen. jangan sebut aku abangmu jika aku tak bisa membaca fikiranmu'', kataku
''Abang, memang abang nomor satu seluruh dunia'', kata fara sembari merangkul aku.
''Aku sayang abang, hari ini, besok dan selamanya'' katanya yang masih memelukku
Ibu hanya geleng geleng melihat tingkah putrinya.

Rabu, 27 Januari 2016

Fantasy 4

Menyendiri
Di atas bangku ini
Entah sampai kapan aku disini
Aku merasa nyaman
Jauh dari bising peradaban
Jauh dari riuh kehidupan

Menyendiri
di bangku taman
Dibawah pohon oak
Berfikir tentang kehidupan
Semilir angin senja
Tanpa mu

Dimana dirimu
Disaat aku membutuhkan
Menginginkan, merindukan
Kau
Menghilang

Mengapa harus secepat itu
Tak sempat aku memohon
Tak sempat aku mengiba
Untuk katakan '' kau jangan pergi''

Taukah kau disini
Di bangku ini
Pertama kau datang padaku
Dan aku akan menunggumu
Disini
Berharap waktu terulang kembali

Senin, 11 Januari 2016

Fantasy 3

Inikah akhir pencarianku
Inikah balasan semua lelahku
Perjalanan panjangku
Haruskah terhenti karenamu, padamu
Dara
Cerahnya kulit pembungkus tubuhmu
Jenjang kaki belalangmu
Panjang mahkota hitammu
Lembut, merdu suaramu
Membius kesadaranku
Dipingit dalam rumah rumah cinta
Terlindung dari sengat mentari
Tak berbaur dengan sesama
Kau nyata
Kau memesona
Kau takhlukan hatiku
Mengisi relung hati
Sepertinya aku bahagia
Denganmu, bersamamu
Membangun mahligai cinta
Berdua selamanya
Yang benar benar nyata
Tentu saja bukan mimpi

Sabtu, 02 Januari 2016

Tanpa judul

Dari sahabatku yang jauh di sana, thank buat puisinya.. :-)

Bagaimana aku bisa mengenalnya
Bila diri ini tak pernah  menyapanya
Bagaimana aku bisa mengatakannya
Bila lisanku tak sanggup berkata-kata
Bagaimana aku ingin bersamanya
Bila logika tak pernah bilang cinta

Antara ada dan tiada
Jarak dan tradisi berbeda
Bagaimana aku bisa menemukannya
Bila dalam peta tak pernah kutemukan dimana kota peraduannya

Disini ku hanya bisa berkarya
Lewat tarian lincah pena yang tersematkan rasa cinta
Bila kau berada di ujung sana
Mungkinkah kau juga ikut merasa
Tentang hal apa yang kurasa

Oh angin kabarkan padanya
Diriku s’lalu menunggunya
Hingga di ujung waktu senja
Hatiku hanyalah untuknya

By. Mulia lestari hartono

Rabu, 30 Desember 2015

Fantasy 2

Antara mimpi dan nyataku
Ku masih melayang bersamamu
Seseorang itu sungguh kamu, bukan yang lain
Kau tahu gemuruh dada ini, desiran darah ini, tak seperti biasa
Harusnya kau juga merasakan yang sama
Dara...
Setiap sentuhan akan rasa yang bergelora
Getaran itu sampai ke relung hati
Mengisi jiwa yang sekian lama kerontang akan cinta
Tak bisa ku pungkiri rasa ini sungguh indah
Laksana kumbang menemukan taman bunga
Bak semut mendapati secawan madu
Laksana merpati bebas dari sangkar untuk kali pertama
Cinta..
Indah bila dirasakan bersama
Sakit tak terperi bila harus di rasakan sendiri
Itulah cinta yang kadang bisa merubah seseorang
Itulah cinta yang kadang membuat perhitungan menjadi kacau
Itulah cinta yang membuat rindu menggebu bila sehari tak bertemu
Itulah cinta dua anak manusia yang memesona
Itulah cinta setiap insan mendambakanya
Itulah cinta satu kata berjuta makna

Fantasy

Aku duduk dibawah langit senja
Dan kau entah sejak kapan disampingku
Menggelayut mesra laksana sang kekasih
Apa ini nyata
Aku coba ikuti alur cerita
Ya sepertiya kau di dapuk jadi kekasihku
Tapi aku tak yakin
Kau yang selama ini aku impikan,
Dambakan,
Nantikan,
Kini benar benar di pelukku
Kita saling pandang
Bertatap paras
Tak lebih dari sejengkal
Aku mampu merasakan nafas hangatmu
Tatapan manik matamu yang membuat jatungku berdetak tidak biasa
Engkau memang pandai membuat hatiku resah
Pun membuat hatiku bahagia
Aku beranikan diri semakin mendekat
Ya tuhan...
Dia menagkap maksudku,
Dia tahu perasaanku
Aku membenamkan wajahku ke dalam parasnya
Merasakan nikmat tiada tara
Ya tuhan...
Bisakah aku memohon kepada Mu,
untuk menghentikan waktu biarkan seperti ini sementara
Tetap begini, aku enggan berhenti
Aku tak ingin menyudahi ini
Biarkan begini
Selamanya.......

Senin, 28 Desember 2015

AKU

Sunyi
Sepi
Sendiri
Itulah aku

Hay dinding kamarku jangan kau menatapku begitu
Aku ...
Meski selalu disampingmu
Hampir setiap waktu
Jangan kau kira hatiku tak pilu
Aku memang suka berada di sampingmu
Kau melindungiku dari kekejaman waktu

Hay dinding kamarku
Jika kau melihat aku selalu begini, sendiri
Tak tahukah kau aku kesepian luar biasa
Kadang kadang aku ingin marah pada tuhan mengapa harus aku
Kadang kadang hidup terasa tidak adil
Tapi tak ada gunanya menyesal

Hay dinding kamarku
Kau tau gambar siapa di bingkai foto itu
Itu lah pujaan hatiku
Yang telah meninggalkanku
Aku percaya padamu kau bisa jaga rahasia
Kau tau aku tak pernah memperlihatkan dan cerita pada temanku tentang gambar itu
Oh aku hampir lupa ,
Aku bahkan tak punya teman di luar sana

Hay dinding kamarku
Kumohon kau jangan menertawakanku lagi akhir tahun ini
Saat aku mengganti kalender yang baru dengan angka 2016 tepat pukul 00:00 wib
Harusnya kau maklum hanya itu ritualku setiap akhir tahun
Jika kau bertanya apa aku tak pergi ke hingar bingar meriahnya pesta akhir tahun
Aku akan menjawab
‘‘mungkin nanti‘‘